Minggu, 29 Maret 2015

TUGAS ASKEB V



TUGAS ASKEB V
“Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus Perdarahan Dalam Kehamilan TM III dan Rujukannya“


OLEH: KELOMPOK 1
TINGKAT II B

DWI KURNIANING DASIH                                  (13211402)
NUR AFNI JUWITA M.ZEIN                      (13211422)
WAHYU DINNY PUTRI                             (13211446)
ZELLA ANGELYA OTIVA                                    (13211452)

DOSEN PEMBIMBING: DEVI SYARIEF, S.SiT,. M.Keb

PRODI D-III KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2015


KATA PENGANTAR
           Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita semua, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang “Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus Perdarahan Dalam Kehamilan TM III dan Rujukannya“. Salawat beserta salam tidak lupa kita ucapkan kepada nabi junjungan kitaMuhammad SAW. Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing, Ibuk Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin dalam pembuatan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan datang.


Padang,     Maret 2015
Kelompok










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang      ……………………………………………………………….…..… 1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………….………………….. 1
C.     Tujuan       …………………………………………………………….……………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian kegawatdaruratan       ……………………………………………………..  3
B.     Tujuan penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III            ……………………..  3
C.     Pernyataan standar penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III     ……………..  3
D.    Hasil penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III   ……………………………..  7
E.     Prasyarat penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III        …………………….   7
F.      Proses penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III …………………………….   8
G.    Gejala dan tanda syok      …………………………………………………………….   8
H.    Ingat          …………………………………………………………………………….   9
I.       Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III        …….   9

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan           ……………………………….......……………….……………......  19
B.     Saran         ………….………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kasus kegawatdaruratan obstetric dan neonatus adalah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini pula dapat  menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena itu diperlukan penilaian awal terhadap kegawatdaruratan.
Penilaian awal  ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri dan neonatus yang membutuhkan pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Hasil penilaian awal ini menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami penyulit perdarahan, infeksi, hipertensi, pre eklampsia/eklampsia, dan syok atau komplikasi lainnya.
Setelah dilakukan penilaian awal dan mengidentifikasi penyulitnya harus segera dilakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya bahaya yang lebih lanjut.

B.  Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan V yang diberikan oleh  ibu Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb
2.      Tujuan Khusus :
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para mahasiswi serta untuk mengembangkan wawasan berfikir bagi para mahasiswi melaksanakan tugasnya dikemudian hari dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetric dan neonatal

C.  Rumusan Masalah
1.      Pengertian kegawatdaruratan
2.      Tujuan penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
3.      Pernyataan standar penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
4.      Hasil penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
5.      Prasyarat penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
6.      Proses penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
7.      Gejala dan tanda syok
8.      Ingat
9.      Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III


























BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

B.  Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan secara cepat dan tepat perdarahan dalam trimester III kehamilan.

C.  Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
1.    Perdarahan pervaginam
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus mendapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang mengancam nyawa ibu dan atau janinnya. Perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tetapi terus menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat. Perdarahan dapat juga keluar sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemas/ nadi kecil dan tekanan darah menurun.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang termasuk kriteria tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak, berwarna merah, dan kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan nyeri. Assesmen yang mungkin adalah plasenta previa atau absruptio plasenta.         
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada temmpat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir. Abruptio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.

2.    Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala ini bisa terjadi apabila ibu kurang istirahat, kecapean, atau menderitan tekanan darah tinggi.  Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Assesmen yang mungkin adalah gejala preeklampsi

3.    Pengelihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat. Assesmen yang mungkin adalah gejala dari preeklampsia.
Pada preeklampsia tampak pembengkakan pada retina, penyempitan setempat atau menyeluruh apda satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Retinopalatia arterioskerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre eklampsia keculai bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal. Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya preeklampsia walaupun demikian vasospasmus ringan tidak selalu menunnjukkan pre eklampsia ringan.
Pada preeklamsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-konyong. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat kembali dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan.

4.    Bengkak di wajah dan jari tangan
Edema (bengkak) adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dan dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, hari tangan, dan muka.
Bangkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik lain. Asessmen yang mungkin adalah gejala dari anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.

5.    Keluar cairan pervaginam
Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin. Pecahnya selaput ketuban juga dapat diikuti dengan keluarnya bagian kacil janin seperti tali pusat, tangan, atau kaki. Oleh karena itu bila saat hamil ditemukan ada pengeluaran cairan apalagi bila belum cukup bulan harus segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas memadai. Assesmen yang mungkin adalah Ketuban Pecah Dini (KPD).
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat hilangnya cairan vagina dan pemastian adanya cairan amnion dalam vagina. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan penyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh karena kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pemerikasaan spekulum vagina yang steril harus dilakukan untuk memastikan diagnosis, untuk menilai dilatasi dan panjang servik, dan jika pasien kurang bulan, untuk memperoleh biakan servikal dan contoh cairan amnion untuk uji kematangan paru-paru. Selain itu pemastian diagnosis KPD dapat dilakukan dengan :
1)   Menguji cairan dengan kertas lakmus (nitrazine) yang akan berubah biru bila terdapat cairan amnion alkalin
2)   Melihat dengan menggunakan mikroskop dengan menempatkan contoh bahan pada suatu kaca objek kemudian dikeringkan di udara dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari ada tidaknya gambaran seperti pakis.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.

6.    Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Jika janin tidur gerakannya akan melemah. Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam, gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Yang termasuk tanda bahaya adalah bila gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Assesmen yang mungkin adalah kematian janin dalam rahim.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 % kehamilan. Penyebab yang berakitan antara lain komplikasi plasenta dan tali pusat, penyakit hipertensi, komplikasi medis, anomali bawaan,infeksi dalam rahim dan lain-lain.
Kematian janin harus dicurigai bila ibu hamil mengeluh tidak terasa gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara mengecil. Selain itu dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar sementara uji kehamilan masih tetap positif karena plasenta dapat terus menghasilkan hCG.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan kematian janin dalam rahim  yaitu janin mati terlalu lama dalam menimbulkan gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah, disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu.
Sekitar 80% pasien akan mengalami permulaan persalinan yang spontan dalam 2 sampai 3 minggu kematian janin. Namun apabila wanita gagal bersalin secara spontan akian dilakukan induksi persalinan.



7.    Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba bahkan jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras seperti papan serta disertai perdarahan pervaginam. Ini menandakan terjadinya solusio placenta.
Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir kehamilan akibat dari kontraksi dari rahim ibu yang akan mengeluarkan isi dalam kandungan atau bayi. Jadi harus dapat dibedakan apakah nyeri perut tersebut disebabkan karena ibu kan melahirkan atau terjadi abrupsio plasenta.

D.  Hasil :
1.    Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
2.    Kematian ibu atau janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepartum berkurang.
3.    Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat darurat.

E.  Prasyarat :
1.    Bidan memberikan perawatan antenatal rutin pada ibu hamil.
2.    Ibu hamil mencari perawat kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi.
3.    Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
a.       Mengetahui penyebab, mengenai tanda – tanda dan penanganan perdarahan pada trimester III kehamilan.
b.      Pertolongan pertama pada kegawatdarurat, termasuk pemberian cairan IV.
c.       Mengeahui tanda – tanda dan penangan syok.
4.    Tersedianya alat perlengkapan yang penting misalnya sabun, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan 18 G, Ringer Laktat atau NaCl 0,9 %, set infus , 3 pasang sarung tangan bersih.
5.    Penggunaan KMS Ibu Hamil / Kartu Ibu , Buku KIA.
6.    Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan.
F.   Proses
Bidan harus :
1.    Cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapan pun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
2.    Memeriksakan dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahan dari jalan lahir. ( Semua perdarahan yang bukan show, adalah kelainan ).
3.    Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi baru lahir kepada ibu atau suami / keluarganya pada setiap kunjungan.
4.    Nasehat ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan.
5.    Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilannya.
6.    Jangan melakukan periksa dalam.
7.    Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke Rumah Sakit terdekat
8.    Jika tanda atau gejala syok jelas terlihat ( lihat kontak berjudul “ Gejala dan tanda Syok “ ) atau jika ibu mengalami perdarahan hebat, rujuk segera.
9.    Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.
10.     Buat catatan lengkap. Dokumentasi dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
11.     Dampingi ibu hamil yang dirujuk dan mintalah keluarga yangmenyumbangkan darahnya
12.     Mengikuti langkah – langkah untuk merujuk.

G. Gejala dan Tanda Syok
1.    Nadi lemah dan cepat ( 110 kali / menit atau lebih ).
2.    Tekanan Darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.
3.    Nafas cepat ( Frekuensi pernafasan 30 kali / menit atau lebih ).
4.    Air seni kurang dari 30 cc / jam.
5.    Bingung, gelisah, atau pingsan.
6.    Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah, pucat.



H.  Ingat
1.    Jangan melakukan periksa dalam jika terjadi perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu.
2.    Rujuk segera, jangan ditunda. Perdarahan akan semakin banyak atau mungkin terjadi perdarahan yang tidak tampak kedalam uterus.
3.    Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan ganjal kakinya dengan bantal.
4.    Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan cairan secara intravena.

I.     Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III
1.    Plasenta Previa
a.    Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (Prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah placenta yang implantasinya tidak normal yakni rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian Ostium Internum. ( Prof. Dr. Rustam Moctar MPH., 1998).
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20mg dan atau berat janin >500gr).
Plasenta previa :
a.    Totalis (seluruhnya tertutupi oleh plasenta).
b.    Paralisis (hanya sebagian OUI tertutup plasenta).
c.    Lateralis (apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI).
d.   Letak rendah (plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian yang menutupi OUI).

b.    Kriteria diagnose
Menurut Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta
1)      Gejala utama (dalam anamnesis)
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama.
2)        Gambaran klinik
a)      Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
b)      Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
c)      Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
d)     Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.

c.    Diagnose differensial
1)      Solusio plasenta
2)      Vassa previa (pecah).
3)      Perdarahan obstetric lainnya.

d.   Pemeriksaaan penunjang
1)      Lab : darah lengkap, urin lengkap.
2)      KTG, Doppler, Laennec.
3)      USG untuk menilai letak/implantasi plasent, usia kehamilan dan keadaan janin secara keseluruhan.

e.    Perawatan RS
Segera rawat inap untuk dilakukan evaluasi.

f.     Tata laksana
Langkah – langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor :
1)   Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru – paru.
2)   Banyaknya perdarahan yang terjadi.
3)   Gradasi dari plasenta previa sendiri.
Oleh karena itu tata laksana plasenta previa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1)   Konservatif, yang artinya mempertahankan kehamilan sampai waktu tertentu.
2)   Aktif, yang berarti kehamilan itu segera di akhiri.
Usia kehamilan <38 minggu.
1)   Berikan pematangan paru deksametason injeksi 12mg 3x berselang 8 jam atau Oradekson 5mg 2x selang 8 jam, atau deksametason 24mg single dose.
2)   Berikan obat tokolitik (papaverin, terbutalin, atau isoksuprina).
3)   Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu, kecuali jika perdarahan ulang dilakukan terminasi (SC).
4)   Plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah masih dimungkinkan dilahirkan per vaginam, dimana terminasi diawali dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban) dan dilanjutkan dengan pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga, lakukan SC.
Usia Kehamilan ≥ 38 minggu
Dilakukan SC, kecuali untuk plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah dilakukan langkah di atas, bila tetap perdarahan dilakukan SC. 

g.    Penyulit
1)   Anemia
2)   Syok akibat perdarahan banyak
3)   Lost koagulopati juga karena kehilangan darah.

h.    Informed consent
Diperlukan untuk sewaktu – waktu dilakukan tindakan SC.
i.      Tingkat kewenangan
Untuk partus per vaginam dapat dilakukan oleh dokter umum.Tindakan SC harus dilakukan oleh dokter spesialis OBGIN.
j.      Lama perawatan
1)   Perawatan konservatif ± 5 hari dan bila perdarahan berhenti, penderita dapat rawat jalan.
2)   Bila dilakukan SC, penderita bias pulang setelah 5 hari.
k.    Masa Pemulihan
Sekitar 6 minggu setelah operasi/melahirkan.
l.      Asuhan Kebidanan Plasenta Previa di Bidan Praktek Perseorangan
1)   Melakukan anamnesa dengan menanyakan data fokus yaitu sifat perdarahan diantaranya  :
a)    Tanpa rasa sakit atau terjadi secara tiba-tiba.
b)   Tanpa sebab yang jelas.
c)    Dapat berulang.
d)   Mengkaji usia kehamilan
2)   Bidan melakukan  inspeksi pada vagina dan dijumpai:
a)    Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b)   Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3)   Bidan melakukan Pemeriksaan fisik kepada ibu
a)    Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan syok.
b)   Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c)    Pada pemeriksaan dapat di jumpai:
d)   Tekanan darah, nadi, dan pernafasan dalam batas normal.
e)    Tekanan  darah turun, nadi dan pernafasan meningkat.
f)    Daerah ujung jari dan ekstremitas menjadi dingin serta tampak anemis.
4)   Bidan melakukan pemeriksaan khusus (data focus)
a)    Pemeriksaan palpasi abdomen
b)    Pemeriksaan denyut jantung  janin
c)    Pemeriksaan penunjang.
·      Pemeriksaan ultrasonogrfi.
·      Mengurangi pemeriksaan dalam.
·      Menegakkan diagnosis




m.  Penatalaksanaan Plasenta Previa
Kehamilan pada TM III jika mengalami perdarahan harus segera dirujuk tanpa dilakukan vaginal toucher atau  pemasangan tampon. Kedua tindakan ini hanya menambah perdarahan dan memungkinkan infeksi karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh varices yang pecah dan kelainan cervix (polyp, erosio, ca) maka dirumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk mengenyampingkan kemungkinan infeksi.
Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam ini dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan. Sementara boleh dilakukan pemeriksaan  fornices dengan hati-hati, jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan placenta previa kecil, namun sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala teraba bantalan (ialah jaringan placenta) maka kemungkinan placenta praevia besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat di lakukan pada persentasi kepala karena pada letak sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakan dari jaringan lunak.
Diagnosa pasti pada plasenta praevia dibuat dengan pemeriksaan dalam kamar operasi dan apabila sudah terdapat pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan. Bagi pemeriksa yang kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan placenta.
Bila pasien datang dengan perdarahan, jangan lakukan vaginal touche atau memberian tampon, bidan melakukan pengiriman pasien segera ke rumah sakit yang besar.ketentuan ini di dasarkan atas kenyataan bahwa:
1)   Perdarahan pada placenta praevia jarang membawa maut.
2)   Pemeriksaan dalam dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
Walaupun begitu ada kalanya dokter atau bidan harus melakukan pemeriksaan dalam setelah melakukan persiapan yang secukupnya yakni apabila dokter/bidan harus memberi terapi sendiri misalnya apabila pasien tidak memungkinkan untuk dibawa ke kota besar apabila perdarahan terjadi dalam jumlah yang sangat banyak.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik.Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta mengurangi kesakitan dan kematian.
1)   Memecahkan ketuban diatas meja oprasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
2)   Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
a)    Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
b)   Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
c)    Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
d)   Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah dan rujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif.

2.    Solusio Plasenta
a.    Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir  pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Walaupun dapat pula terjadi setiap saat pada masa kehamilan, bila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, akan dibuat diagnosis abortus imminens.

b.    Penyebab
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa kondisi yang menjadi predisposisi :
1)   Hipertensi kronis dan preeklamsia
2)   Bertambahnya usia dan paritas ibu
3)   Trauma
4)   Merokok dan penggunaan kokain
5)   Dekompresi uterus yang mendadak
6)   Tekanan pada vena kava inferior karena pembesaran uterus.
7)   Pernah mengalami solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya.
8)   Anomali uterus atau tumor uterus
9)   Malnutrisi/defisiensi gizi.

c.    Tanda dan Gejala klinik
Tiga Kelas Solusio Plasenta Berdasarkan Gejala dan Tanda
Kelas
Gejala
Kelas 0 – asimtomatik
Gejala tidak ada
Diagnosis dibuat dengan menemukan pembekuan darah yang terorganisasi atau bagian yang terdepresi pada plasenta yang sudah dilahirkan
Kelas 1 – ringan
(Rupturan sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak)
Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman
Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang
Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal
Tidak ada koagulopati
Tidak ada gawat janin
Kelas 2 – sedang
(Plasenta lepas lebih dari 1/4-nya tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya)
Tidak ada hingga adanya perdarahan dari vagina dalam jumlah yang sedang
Nyeri pada uterus yang bersifat sedang hingga berat, bisa disertai kontraksi tetanik. Nyeri perut dirasakan terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan
Takikardi pada ibu dengan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok
Gawat janin
Hipofibrinogenemia (50 – 250 mg/dL), mungkin terjadi kelainan pembekuan darah
Kelas 3 – berat
(Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 luas permukaannya)
Tidak ada hingga perdarahan vagina yang berat
Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri
Syok pada ibu
Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL)
Koagulopati
Kematian janin

d.   Kriteria diagnosis
Anamnesis
1)   Perdarahan spontan pervaginam pada kehamilan yang viable
2)   Disertai kontraksi atau nyeri yang terus-menerus (spastic)
3)   Darah yang keluar khas berwarna kehitaman
4)   Ada riwayat trauma atau hipertensi
Pemeriksaan fisik
1)   Dinding perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen), Seringkali dengan nyeri tekan
2)   Perdarahan kehitaman berasal dari ostium uteri
3)   Dengan vaginal toucher teraba kulit ketuban yang tegang

e.    Diagnosis Banding
1)  Plasenta previa
2)  Vassa previa
3)  Plasenta letak rendah
4)  Perdarahan obstetric oleh sebab lain

f.   Pemeriksaan Penunjang
1)  Laboratorium: CBC, CT, BT,elektrolit (bila perlu)
2)  Keadaan janin : kardiotokografi, Doppler, Laennec.
3)  USG : menilai letak plasenta, usia kehamilan, dan keadaan janin secara keseluruhan.



g.  Penanganan
1)  Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
a)      Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
b)      Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di RS meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Uterus Couvelaire tidak merupakan indikasi histerektomi.Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria, tindakan histerektomi perlu dilakukan.



2)    Terapi Bedah
a)    Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
b)   Seksiosesarea atas indikasi medik.
c)    Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.

h.    Tata laksana
1)   Konservatif
a)    Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal
b)   Transfuse darah (1x24 jam) bila anemia (Hb <10,0%)
c)    Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU dalam larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam
d)   Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah  ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%), sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.

2)   Aktif / Operatif
a)    Dilakukan untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat tanpa memandang usia kehamilan, dimana kala II tidak dapat diharapkan dalam waktu singkat (maksimal 6 jam).
b)   Diawali dengan pemecahan ketuban dilanjutkan dengan pemacuan seperti diatas.
c)    Tindakan operatif SC dilakukan apabila 6 jam setelah pemacuan ternyata tidak tercapai kala II dan bayi masih hidup.






BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Ditinjau darisegiKesehatanyaitu perdarahan selama kehamilan, makabanyak faktor yang menyebabkan pengurangan pemberdayaan wanita. Dan telah banyak pulahal-hal yang diberikan dalam cara-cara penanggulangannya ditinjau pula dari segi kesehatan sehingga keberdayaanwanita itu dapat pula ditingkatkandibelakang hari.Terutama pada generasi wanita yangakan datang. Sebab dari sekian banyak kendala telahpula diberikan beberapa caraantisipasinya,sehinggabetul-betulkeberdayaan wanita itu akan bertambahditinjau dari satu segikesehatan yang begitukomplex. Kematian ibu selama kehamilan ada tiga halpokok yaitu,perdarahanselamakehamilan,pereklamsi,eklamsi dan infeksi.Tetapiyang kami ketengahkan, barukematian ibu akibat perdarahan selama kehamilan dan penanggulangannya, untuk meningkatkankeberdayaan seorang wanita. Diantaranyaadalah abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik yang terganggu,menstruasidan kehamilan normal,kelainanlokal pada vagina dan servik seperti varises, perlukaan, erosi,polip dan keganasan, partus prematus, solusio plasenta, inkopetensi servik, perdarahan ante partum seperti plasentaprevia, dan lain-lain.

B.  Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan maternal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat.Penanganan yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia.Maka, dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal, diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai standar demi kesehatan ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Harahap R.E., WIKJOSASTRO G.H., Perdarahan dalamkehamilan,PenerbitYayasan Dharma Graha, Anonymous, 3-16.
2.      Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Dexamedia 1995; 8:21-3.
3.      Nardho Gunawan., Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal. SimposiumKemajuanPelayanan ObstetriI.Semarang  Penerbit UNDIP1991
4.      Sumapraja S.Perdarahan Antepartum. Dalam:Prawirohardjo S, Wiknjo sastro H,Sumpraja S, Saifuddin AB, Ilmu Kebidanan EdisiII. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1986;323-49


Tidak ada komentar:

Posting Komentar