TUGAS
ASKEB V
“Penanganan Kegawatdaruratan Pada
Kasus Perdarahan Dalam Kehamilan TM III dan Rujukannya“
OLEH:
KELOMPOK 1
TINGKAT
II B
DWI
KURNIANING DASIH (13211402)
NUR
AFNI JUWITA M.ZEIN (13211422)
WAHYU
DINNY PUTRI (13211446)
ZELLA
ANGELYA OTIVA (13211452)
DOSEN PEMBIMBING: DEVI SYARIEF, S.SiT,. M.Keb
PRODI
D-III KEBIDANAN
STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita
semua, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Dalam
makalah ini, penulis membahas tentang “Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus
Perdarahan Dalam Kehamilan TM III dan Rujukannya“. Salawat beserta salam tidak
lupa kita ucapkan kepada nabi junjungan kitaMuhammad SAW. Ucapan terima kasih
tidak lupa kepada dosen pembimbing, Ibuk Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb karena
berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin dalam pembuatan
makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Padang, Maret 2015
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ……………………………………………………………….…..… 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………….………………….. 1
C. Tujuan …………………………………………………………….……………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
kegawatdaruratan …………………………………………………….. 3
B. Tujuan
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III …………………….. 3
C. Pernyataan
standar penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III …………….. 3
D. Hasil
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III …………………………….. 7
E. Prasyarat
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ……………………. 7
F. Proses
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ……………………………. 8
G. Gejala
dan tanda syok ……………………………………………………………. 8
H. Ingat ……………………………………………………………………………. 9
I. Pertolongan
Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III ……. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………….......……………….……………...... 19
B. Saran ………….………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus
kegawatdaruratan obstetric dan neonatus adalah kasus yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini pula
dapat menjadi penyebab utama kematian
ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena itu diperlukan penilaian awal terhadap
kegawatdaruratan.
Penilaian
awal ialah langkah pertama untuk
menentukan dengan cepat kasus obstetri dan neonatus yang membutuhkan
pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Hasil
penilaian awal ini menjadi dasar pemikiran apakah kasus mengalami penyulit
perdarahan, infeksi, hipertensi, pre eklampsia/eklampsia, dan syok atau
komplikasi lainnya.
Setelah dilakukan penilaian awal dan
mengidentifikasi penyulitnya harus segera dilakukan pertolongan pertama untuk
mencegah terjadinya bahaya yang lebih lanjut.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum :
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan V yang diberikan oleh ibu Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb
2. Tujuan
Khusus :
Tujuan
dari pembuatan makalah ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para
mahasiswi serta untuk mengembangkan wawasan berfikir bagi para mahasiswi
melaksanakan tugasnya dikemudian hari dalam memberikan asuhan kebidanan
terhadap pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetric dan neonatal
C.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian
kegawatdaruratan
2. Tujuan
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
3. Pernyataan
standar penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
4. Hasil
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
5. Prasyarat
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
6. Proses
penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III
7. Gejala
dan tanda syok
8. Ingat
9. Pertolongan
Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan
sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba
dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/
nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah
kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama
dan sesudah persalinan dan kelahiran.Terdapat sekian banyak penyakit dan
gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
B. Tujuan :
Mengenali
dan melakukan tindakan secara cepat dan tepat perdarahan dalam trimester III
kehamilan.
C. Pernyataan Standar :
Bidan
mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
1. Perdarahan pervaginam
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu
hamil setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum
harus mendapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang mengancam
nyawa ibu dan atau janinnya. Perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tetapi
terus menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat. Perdarahan dapat juga
keluar sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemas/ nadi kecil dan
tekanan darah menurun.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang
termasuk kriteria tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak, berwarna merah,
dan kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan nyeri. Assesmen yang
mungkin adalah plasenta previa atau absruptio plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan
plasenta yaitu plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada temmpat abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir.
Abruptio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan
sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala
ini bisa terjadi apabila ibu kurang istirahat, kecapean, atau menderitan
tekanan darah tinggi. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Assesmen yang mungkin adalah
gejala preeklampsi
3. Pengelihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa ibu adalah perubahan visual
mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang.
Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Assesmen yang mungkin adalah gejala dari preeklampsia.
Pada preeklampsia tampak pembengkakan pada retina,
penyempitan setempat atau menyeluruh apda satu atau beberapa arteri, jarang
terlihat perdarahan atau eksudat. Retinopalatia arterioskerotika menunjukkan
penyakit vaskuler yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre eklampsia
keculai bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.
Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya preeklampsia walaupun
demikian vasospasmus ringan tidak selalu menunnjukkan pre eklampsia ringan.
Pada preeklamsia jarang terjadi ablasio retina.
Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-konyong. Pelepasan retina disebabkan
oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan
segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat kembali dalam 2
hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
4. Bengkak di wajah dan jari tangan
Edema
(bengkak) adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dan dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan kaki, hari tangan, dan muka.
Bangkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius
jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik lain. Asessmen yang mungkin adalah gejala dari
anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.
5. Keluar cairan pervaginam
Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan
tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin.
Pecahnya selaput ketuban juga dapat diikuti dengan keluarnya bagian kacil janin
seperti tali pusat, tangan, atau kaki. Oleh karena itu bila saat hamil
ditemukan ada pengeluaran cairan apalagi bila belum cukup bulan harus segera datang
ke rumah sakit dengan fasilitas memadai. Assesmen yang mungkin adalah Ketuban
Pecah Dini (KPD).
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat
hilangnya cairan vagina dan pemastian adanya cairan amnion dalam vagina.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal,
dan penyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena kurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh karena kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pemerikasaan spekulum vagina yang steril harus
dilakukan untuk memastikan diagnosis, untuk menilai dilatasi dan panjang
servik, dan jika pasien kurang bulan, untuk memperoleh biakan servikal dan
contoh cairan amnion untuk uji kematangan paru-paru. Selain itu pemastian
diagnosis KPD dapat dilakukan dengan :
1) Menguji
cairan dengan kertas lakmus (nitrazine) yang akan berubah biru bila terdapat
cairan amnion alkalin
2) Melihat
dengan menggunakan mikroskop dengan menempatkan contoh bahan pada suatu kaca
objek kemudian dikeringkan di udara dan diperiksa di bawah mikroskop untuk
mencari ada tidaknya gambaran seperti pakis.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan
usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya
tanda-tanda persalinan.
6. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke
5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Jika janin
tidur gerakannya akan melemah. Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam, gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Yang termasuk tanda
bahaya adalah bila gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
Assesmen yang mungkin adalah kematian janin dalam rahim.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian
janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini
menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 % kehamilan. Penyebab yang berakitan
antara lain komplikasi plasenta dan tali pusat, penyakit hipertensi, komplikasi
medis, anomali bawaan,infeksi dalam rahim dan lain-lain.
Kematian janin harus dicurigai bila ibu hamil
mengeluh tidak terasa gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara
mengecil. Selain itu dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar sementara uji
kehamilan masih tetap positif karena plasenta dapat terus menghasilkan hCG.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan kematian
janin dalam rahim yaitu janin mati terlalu lama dalam menimbulkan
gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah,
disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan mati yang masuk ke dalam darah
ibu.
Sekitar 80% pasien akan mengalami permulaan
persalinan yang spontan dalam 2 sampai 3 minggu kematian janin. Namun apabila
wanita gagal bersalin secara spontan akian dilakukan induksi persalinan.
7. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya
dalam kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba bahkan
jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras seperti papan serta disertai
perdarahan pervaginam. Ini menandakan terjadinya solusio placenta.
Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir
kehamilan akibat dari kontraksi dari rahim ibu yang akan mengeluarkan isi dalam
kandungan atau bayi. Jadi harus dapat dibedakan apakah nyeri perut tersebut
disebabkan karena ibu kan melahirkan atau terjadi abrupsio plasenta.
D. Hasil :
1. Ibu yang mengalami perdarahan pada
trimester III kehamilan segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
2. Kematian ibu atau janin akibat
perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepartum berkurang.
3. Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk
konsultasi pada keadaan gawat darurat.
E. Prasyarat :
1. Bidan memberikan perawatan antenatal
rutin pada ibu hamil.
2. Ibu hamil mencari perawat kebidanan
jika komplikasi kehamilan terjadi.
3. Bidan sudah terlatih dan terampil
untuk :
a. Mengetahui penyebab, mengenai tanda
– tanda dan penanganan perdarahan pada trimester III kehamilan.
b. Pertolongan pertama pada
kegawatdarurat, termasuk pemberian cairan IV.
c. Mengeahui tanda – tanda dan penangan
syok.
4. Tersedianya alat perlengkapan yang
penting misalnya sabun, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk
mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan 18
G, Ringer Laktat atau NaCl 0,9 %, set infus , 3 pasang sarung tangan bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil / Kartu Ibu
, Buku KIA.
6. Sistem rujukan yang efektif,
termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu yang mengalami perdarahan
selama kehamilan.
F.
Proses
Bidan harus :
1. Cuci tangan setiap kali sebelum dan
sesudah melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapan pun
menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
2. Memeriksakan dan merujuk ibu hamil
yang mengalami perdarahan dari jalan lahir. ( Semua perdarahan yang bukan show,
adalah kelainan ).
3. Berikan penyuluhan dan nasehat
tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi baru lahir kepada ibu
atau suami / keluarganya pada setiap kunjungan.
4. Nasehat ibu hamil, suaminya atau
keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di
daerah perut kapanpun dalam kehamilan.
5. Lakukan penilaian keadaan umum ibu
dan perkirakan usia kehamilannya.
6. Jangan melakukan periksa dalam.
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan
vagina pada trimester III ke Rumah Sakit terdekat
8. Jika tanda atau gejala syok jelas
terlihat ( lihat kontak berjudul “ Gejala dan tanda Syok “ ) atau jika ibu mengalami
perdarahan hebat, rujuk segera.
9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah
kehilangan darah.
10. Buat catatan lengkap. Dokumentasi
dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
11. Dampingi ibu hamil yang dirujuk dan
mintalah keluarga yangmenyumbangkan darahnya
12. Mengikuti langkah – langkah untuk
merujuk.
G. Gejala dan Tanda Syok
1. Nadi lemah dan cepat ( 110 kali /
menit atau lebih ).
2. Tekanan Darah sangat rendah :
tekanan sistolik < 90 mmHg.
3. Nafas cepat ( Frekuensi pernafasan
30 kali / menit atau lebih ).
4. Air seni kurang dari 30 cc / jam.
5. Bingung, gelisah, atau pingsan.
6. Berkeringat atau kulit menjadi
dingin dan basah, pucat.
H. Ingat
1. Jangan melakukan periksa dalam jika
terjadi perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu.
2. Rujuk segera, jangan ditunda.
Perdarahan akan semakin banyak atau mungkin terjadi perdarahan yang tidak
tampak kedalam uterus.
3. Jika syok, maka baringkan ibu pada
sisi kiri tubuhnya dan ganjal kakinya dengan bantal.
4. Jika terlihat adanya gejala dan
tanda syok berat, berikan cairan secara intravena.
I.
Pertolongan
Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM III
1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan
lahir (Prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa
ialah placenta yang implantasinya tidak normal yakni rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian Ostium Internum. ( Prof. Dr. Rustam Moctar MPH.,
1998).
Plasenta previa ialah suatu kehamilan
dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi
ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu
sudah viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20mg dan atau
berat janin >500gr).
Plasenta previa :
a. Totalis (seluruhnya tertutupi oleh
plasenta).
b. Paralisis (hanya sebagian OUI tertutup
plasenta).
c. Lateralis (apabila hanya tepi plasenta
yang menutupi OUI).
d. Letak rendah (plasenta berimplantasi di
SBR tetapi tidak ada bagian yang menutupi OUI).
b. Kriteria
diagnose
Menurut Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta
1)
Gejala
utama (dalam anamnesis)
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan
tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama.
2)
Gambaran
klinik
a)
Perdarahan
yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada
triwulan ketiga.
b)
Pada
uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
c)
Bagian
terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi
letak janin letak lintang atau letak sungsang
d)
Janin
mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
c. Diagnose
differensial
1) Solusio
plasenta
2) Vassa
previa (pecah).
3) Perdarahan
obstetric lainnya.
d. Pemeriksaaan
penunjang
1) Lab
: darah lengkap, urin lengkap.
2) KTG,
Doppler, Laennec.
3) USG
untuk menilai letak/implantasi plasent, usia kehamilan dan keadaan janin secara
keseluruhan.
e. Perawatan
RS
Segera rawat inap
untuk dilakukan evaluasi.
f. Tata
laksana
Langkah – langkah tata laksana
plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor :
1) Usia
kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru – paru.
2) Banyaknya
perdarahan yang terjadi.
3) Gradasi
dari plasenta previa sendiri.
Oleh
karena itu tata laksana
plasenta previa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1)
Konservatif, yang artinya mempertahankan
kehamilan sampai waktu tertentu.
2)
Aktif, yang berarti kehamilan itu segera
di akhiri.
Usia kehamilan <38 minggu.
1)
Berikan pematangan paru deksametason
injeksi 12mg 3x berselang 8 jam atau Oradekson 5mg 2x selang 8 jam, atau
deksametason 24mg single dose.
2)
Berikan obat tokolitik (papaverin,
terbutalin, atau isoksuprina).
3)
Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu,
kecuali jika perdarahan ulang dilakukan terminasi (SC).
4)
Plasenta previa lateralis dan plasenta
letak rendah masih dimungkinkan dilahirkan per vaginam, dimana terminasi
diawali dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban) dan dilanjutkan dengan
pemacuan (oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga, lakukan SC.
Usia Kehamilan ≥ 38 minggu
Dilakukan SC, kecuali untuk
plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah dilakukan langkah di atas,
bila tetap perdarahan dilakukan SC.
g. Penyulit
1)
Anemia
2)
Syok akibat perdarahan banyak
3)
Lost koagulopati juga karena kehilangan
darah.
h. Informed
consent
Diperlukan untuk
sewaktu – waktu dilakukan tindakan SC.
i. Tingkat
kewenangan
Untuk partus
per vaginam dapat dilakukan
oleh dokter umum.Tindakan SC harus dilakukan oleh dokter spesialis OBGIN.
j. Lama
perawatan
1) Perawatan
konservatif ± 5 hari dan bila perdarahan berhenti, penderita dapat rawat jalan.
2)
Bila dilakukan SC, penderita bias pulang
setelah 5 hari.
k. Masa
Pemulihan
Sekitar
6 minggu setelah operasi/melahirkan.
l. Asuhan Kebidanan Plasenta Previa di Bidan Praktek
Perseorangan
1) Melakukan
anamnesa dengan menanyakan data fokus yaitu sifat perdarahan diantaranya :
a)
Tanpa
rasa sakit atau terjadi secara tiba-tiba.
b)
Tanpa sebab yang jelas.
c)
Dapat berulang.
d)
Mengkaji usia kehamilan
2)
Bidan
melakukan inspeksi pada vagina dan
dijumpai:
a)
Perdarahan
pervaginam encer sampai bergumpal.
b)
Pada
perdarahan yang banyak ibu
tampak anemis.
3)
Bidan melakukan Pemeriksaan fisik kepada
ibu
a)
Dijumpai
keadaan bervariasi dari keadaan syok.
b)
Kesadaran
penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c)
Pada
pemeriksaan dapat di jumpai:
d) Tekanan darah, nadi, dan pernafasan dalam batas
normal.
e) Tekanan darah
turun, nadi dan pernafasan meningkat.
f) Daerah ujung jari dan ekstremitas
menjadi dingin serta tampak anemis.
4)
Bidan
melakukan pemeriksaan khusus (data focus)
a)
Pemeriksaan
palpasi abdomen
b)
Pemeriksaan
denyut jantung janin
c)
Pemeriksaan
penunjang.
· Pemeriksaan
ultrasonogrfi.
· Mengurangi
pemeriksaan dalam.
· Menegakkan
diagnosis
m. Penatalaksanaan
Plasenta Previa
Kehamilan
pada TM III jika mengalami perdarahan harus segera dirujuk tanpa dilakukan
vaginal toucher atau pemasangan tampon. Kedua
tindakan ini hanya menambah perdarahan dan memungkinkan infeksi karena
perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh varices yang pecah dan kelainan cervix
(polyp, erosio, ca) maka dirumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo
terlebih dulu untuk mengenyampingkan kemungkinan infeksi.
Sebelum tersedia darah dan sebelum
kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan
dalam ini dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan. Sementara boleh
dilakukan pemeriksaan fornices dengan hati-hati, jika tulang
kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan
placenta previa kecil, namun sebaliknya jika antara jari-jari kita dan kepala
teraba bantalan (ialah jaringan placenta) maka kemungkinan placenta praevia
besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat di lakukan pada persentasi kepala
karena pada letak sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakan dari
jaringan lunak.
Diagnosa pasti pada plasenta praevia
dibuat dengan pemeriksaan dalam kamar operasi dan apabila sudah terdapat
pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan. Bagi pemeriksa yang kurang
berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan placenta.
Bila pasien datang dengan perdarahan,
jangan lakukan vaginal touche atau memberian tampon, bidan melakukan pengiriman
pasien segera ke rumah sakit yang besar.ketentuan ini di dasarkan atas
kenyataan bahwa:
1)
Perdarahan
pada placenta praevia jarang membawa maut.
2)
Pemeriksaan
dalam dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
Walaupun begitu ada kalanya dokter atau bidan harus
melakukan pemeriksaan dalam setelah melakukan persiapan yang secukupnya yakni
apabila dokter/bidan harus memberi terapi sendiri misalnya apabila pasien tidak
memungkinkan untuk dibawa ke kota besar apabila perdarahan terjadi dalam jumlah
yang sangat banyak.
Plasenta
previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan
penanganan yang baik.Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah Segera
melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak serta
mengurangi kesakitan dan kematian.
1) Memecahkan
ketuban diatas meja oprasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pertolongan lebih lanjut.
2) Bidan
yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan
rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam
melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
a)
Pemasangan infus untuk mengimbangi
perdarahan.
b)
Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
c)
Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
d) Dipersiapkan
donor darah untuk transfusi darah
dan rujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif.
2. Solusio
Plasenta
a. Pengertian
Solusio Plasenta
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22
minggu atau berat janin di atas 500 gram. Walaupun dapat pula terjadi setiap
saat pada masa kehamilan, bila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, akan dibuat
diagnosis abortus imminens.
b. Penyebab
Penyebab primer solusio
plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa kondisi yang menjadi
predisposisi :
1) Hipertensi kronis dan preeklamsia
2) Bertambahnya usia dan paritas ibu
3) Trauma
4) Merokok dan penggunaan kokain
5) Dekompresi uterus yang mendadak
6) Tekanan pada vena kava inferior karena pembesaran uterus.
7) Pernah mengalami solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya.
8) Anomali uterus atau tumor uterus
9) Malnutrisi/defisiensi gizi.
c. Tanda
dan Gejala klinik
Tiga Kelas Solusio Plasenta
Berdasarkan Gejala dan Tanda
|
|
Kelas
|
Gejala
|
Kelas 0 – asimtomatik
|
Gejala tidak ada
Diagnosis dibuat dengan menemukan
pembekuan darah yang terorganisasi atau bagian yang terdepresi pada plasenta
yang sudah dilahirkan
|
Kelas 1 – ringan
(Rupturan sinus marginalis atau
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak)
|
Tidak ada atau sedikit perdarahan
dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman
Rahim yang sedikit nyeri atau
terus menerus agak tegang
Tekanan darah dan frekuensi nadi
ibu yang normal
Tidak ada koagulopati
Tidak ada gawat janin
|
Kelas 2 – sedang
(Plasenta lepas lebih dari 1/4-nya
tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya)
|
Tidak ada hingga adanya perdarahan
dari vagina dalam jumlah yang sedang
Nyeri pada uterus yang bersifat
sedang hingga berat, bisa disertai kontraksi tetanik. Nyeri perut dirasakan
terus menerus, uterus teraba tegang dan nyeri tekan
Takikardi pada ibu dengan
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh
ke dalam keadaan syok
Gawat janin
Hipofibrinogenemia (50 – 250
mg/dL), mungkin terjadi kelainan pembekuan darah
|
Kelas 3 – berat
(Plasenta telah terlepas lebih
dari 2/3 luas permukaannya)
|
Tidak ada hingga perdarahan vagina
yang berat
Kontraksi tetanik uterus yang
sangat nyeri
Syok pada ibu
Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL)
Koagulopati
Kematian janin
|
d. Kriteria
diagnosis
Anamnesis
1) Perdarahan
spontan pervaginam pada kehamilan yang viable
2) Disertai
kontraksi atau nyeri yang terus-menerus (spastic)
3) Darah
yang keluar khas berwarna kehitaman
4) Ada
riwayat trauma atau hipertensi
Pemeriksaan fisik
1) Dinding
perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen), Seringkali dengan nyeri tekan
2) Perdarahan
kehitaman berasal dari ostium uteri
3) Dengan
vaginal toucher teraba kulit ketuban yang tegang
e. Diagnosis
Banding
1) Plasenta previa
2) Vassa previa
3) Plasenta letak rendah
4) Perdarahan obstetric oleh sebab lain
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium: CBC, CT, BT,elektrolit (bila perlu)
2) Keadaan janin : kardiotokografi, Doppler, Laennec.
3) USG : menilai letak plasenta, usia kehamilan, dan
keadaan janin secara keseluruhan.
g. Penanganan
1) Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya
gejala klinis, yaitu:
a)
Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari
36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus
tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian
tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan
berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan
USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera
diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan
amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
b)
Solusio plasenta sedang dan
berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio
plasenta jelas ditemukan, penanganan di RS meliputi transfusi darah, amniotomi,
infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat
ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka
transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan
dan mengurangi tekanan intrauterin.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6
jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan,
walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Uterus Couvelaire tidak merupakan
indikasi histerektomi.Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan
setelah dilakukan seksio sesaria, tindakan histerektomi perlu dilakukan.
2) Terapi Bedah
a) Partus per vaginam dengan kala dua
dipercepat.
b) Seksiosesarea atas indikasi medik.
c) Seksiohisterektomi bila terdapat
perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau
ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator
yang kompeten.
h. Tata laksana
1) Konservatif
a) Hanya
untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan,
apalagi jika janin telah meninggal
b) Transfuse
darah (1x24 jam) bila anemia (Hb <10,0%)
c) Apabila
ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU dalam larutan saline 500 cc,
kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam
d) Bila
1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai
lahir. Dengan langkah ini biasanya
sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%), sedangkan bagi yang
gagal dapat dilakukan SC emergency.
2) Aktif
/ Operatif
a) Dilakukan
untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat tanpa memandang usia
kehamilan, dimana kala II tidak dapat diharapkan dalam waktu singkat (maksimal
6 jam).
b) Diawali
dengan pemecahan ketuban dilanjutkan dengan pemacuan seperti diatas.
c) Tindakan
operatif SC dilakukan apabila 6 jam setelah pemacuan ternyata tidak tercapai
kala II dan bayi masih hidup.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan
yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan
yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir
kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio
plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan
koagulopati obstetri.
Ditinjau
darisegiKesehatanyaitu perdarahan selama kehamilan, makabanyak faktor yang
menyebabkan pengurangan pemberdayaan wanita. Dan telah banyak pulahal-hal yang
diberikan dalam cara-cara penanggulangannya ditinjau pula dari segi kesehatan
sehingga keberdayaanwanita itu dapat pula ditingkatkandibelakang hari.Terutama
pada generasi wanita yangakan datang. Sebab dari sekian banyak kendala
telahpula diberikan beberapa caraantisipasinya,sehinggabetul-betulkeberdayaan
wanita itu akan bertambahditinjau dari satu segikesehatan yang begitukomplex.
Kematian ibu selama kehamilan ada tiga halpokok yaitu,perdarahanselamakehamilan,pereklamsi,eklamsi
dan infeksi.Tetapiyang kami ketengahkan, barukematian ibu akibat perdarahan
selama kehamilan dan penanggulangannya, untuk meningkatkankeberdayaan seorang
wanita. Diantaranyaadalah abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik yang
terganggu,menstruasidan kehamilan normal,kelainanlokal pada vagina dan servik
seperti varises, perlukaan, erosi,polip dan keganasan, partus prematus, solusio
plasenta, inkopetensi servik, perdarahan ante partum seperti plasentaprevia,
dan lain-lain.
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka
kegawatdaruratan maternal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat.Penanganan
yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia.Maka, dengan
mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal, diharapkan bidan dapat
memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai standar demi kesehatan ibu dan
anak.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Harahap
R.E., WIKJOSASTRO G.H., Perdarahan dalamkehamilan,PenerbitYayasan Dharma Graha,
Anonymous, 3-16.
2.
Rambulangi
J. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Dexamedia 1995; 8:21-3.
3.
Nardho
Gunawan., Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal.
SimposiumKemajuanPelayanan ObstetriI.Semarang
Penerbit UNDIP1991
4.
Sumapraja
S.Perdarahan Antepartum. Dalam:Prawirohardjo S, Wiknjo sastro H,Sumpraja S,
Saifuddin AB, Ilmu Kebidanan EdisiII. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1986;323-49
